Hari ini tepat hari terakhir saya menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan ini. Di antara baju2 kotor yang sudah siap untuk di packing kembali. Saya terduduk di atas kursi plastik hijau di sebelah pintu kamar saya, sembari beristirahat dan menunggu masakan ade siap saya sempatkan merenung dan menulis blog ini.
Teringat hari pertama PKL 8 agustus 2012, hari itu saya berangkat ke Nagori Dolok untuk melaksanakan PKL jam 11 siang. Cuaca lumayan terik yang menemani perjalanan kami ini. Sepanjang perjalanan si ade banyak bercerita tentang berbagai hal primitif kampungnya sewaktu ia kecil, ya dia sewaktu kecil saja sering pulang kampung sekarang sudah banyak amanah di kampus, mesjid rumah, dan lain lain.
Tiga jam dalam perjalanan dengan jalan yang sebagian besar berbatu dan kurang bagus sampai lah kami ke rumah tantenya si ade, atau kalau orang batak bou. Bou itu artinya adik dari ayah. Bou tersebut sudah menunggu kami di depan rumahnya dan bergegas masuk ke dalam rumah untuk sedikit membereskan rumah dan mau membuka semua kursi hijau plastik khusus buat tamu. "Assalamualaikum" seru ade sewaktu memasuki rumah, memang di kampung ade ini orang Muslimnya sangat Sedikit. "waalaikumsalam" sang bou menjawab sambil melepas kursi tadi," kami duduk di bawah aja bou" sanggah ade agar tak membuka semua kursinya.
Bergegas lah sang bou membentangkan tikar yang berukuran kecil. Sewaktu kami masuk sang keila dari bou si ade yang lain juga masuk, keila adalah suaminya bou dalam adat batak. Kursi yang sudah terlanjur terbuka tadi langsung di duduki oleh keila tersebut, kemudian kami bercerita tentang PKL kali ini, sang keila pun mengerti dan langsung bergegas keluar rumah mencari seseorang. Sang Bou pun menawarkan "kalian dah makan? Makan dulu kelen yah bou dah masak itu". Kebetulan dari medan kami sudah membawa bekal yang di ambil sendiri di kedai nasi milik ibunya ade, si ade pun menjawab" belum bou, tapi kami dah bawa makanan bekal dari rumah". Belum selesai ade ngomong sang bou udah kebelakang mengambil makanan, memang rumah bou tersebut nggak terlalu lebar, jadi dari belakang ke depan tetep bisa kedengeran. Saya pun menggambil tas saya dan mengeluarkan dua buah bungkusan nasi dan bungkus plastik ikan tongkol dan sayurnya. Seketika sekeluarga bou tersebut seperti membentuk lingkaran dan di tengah2 nya makanan sudah tersaji oleh bou tersebut, si ade menggambil nasi, bou mengambil nasi, saya mengambil nasi, seketika saat saya sudah selesai mengambil nasi sang bou berkata dengan suara yang agak nyaring " ambil lagi nasi mu itu sikit kali kau makan". Mungkin karena daerah dengan adat batak kental makanya saya sedikit merasa suara itu terlalu kencang, dan kata2 bou tersebut terus berulang seketika saya makan "Ambil lagi nasi mu itu lem" sampai hari terakhir kami di sana.
Setelah menikmati makanan yang halal dan lezat yang di sediakan, kami beristirahat sejenak, bou mengeluarkan tikar lain dan bantal kepala untuk kami sedikit ber istirahat. Tak lama kemudian keila yang tadinya keluar mencari informasi sudah mendapat info tentang tempat kamip PKL di sini,"itu ada si lombu kerja di situ, tadi kudatangin rumahnya cuman dia lagi pergi ke siantar, tadi dah ku bilang sama mamaknya kalau di pulang suruh ke rumah ini" tersentak dalam hati wah luar biasa penyambutan di sini sampai2 kami hanya harus berdiam di rumah saja. Kami menunggu abang2 yang di panggil lombu itu sampai malam hari, dan ternyata dia pupang larut malam. Dalam kesunyian menunggu saya mencoba mencari hiburan namun sepertinya tidak dapat. Kemudian teringat sebuah bingkisan dari adik kelas karena mengisi sebuah acara sebelumnya, "Alhamdulillah ada bacaan sikit" bingkisan tersebut isinya buku yang berjudul "sandiwara langi" memecah kebosanan yang merayap di kepala. Di rumah bou ini juga sangat terasa kehangatannya, seperti melepas rindu sama ummi yang sedang naik haji. Kita bisa menemukan kebahagiaan di manapun berada meski jauh dari rumah.
Teringat hari pertama PKL 8 agustus 2012, hari itu saya berangkat ke Nagori Dolok untuk melaksanakan PKL jam 11 siang. Cuaca lumayan terik yang menemani perjalanan kami ini. Sepanjang perjalanan si ade banyak bercerita tentang berbagai hal primitif kampungnya sewaktu ia kecil, ya dia sewaktu kecil saja sering pulang kampung sekarang sudah banyak amanah di kampus, mesjid rumah, dan lain lain.
Tiga jam dalam perjalanan dengan jalan yang sebagian besar berbatu dan kurang bagus sampai lah kami ke rumah tantenya si ade, atau kalau orang batak bou. Bou itu artinya adik dari ayah. Bou tersebut sudah menunggu kami di depan rumahnya dan bergegas masuk ke dalam rumah untuk sedikit membereskan rumah dan mau membuka semua kursi hijau plastik khusus buat tamu. "Assalamualaikum" seru ade sewaktu memasuki rumah, memang di kampung ade ini orang Muslimnya sangat Sedikit. "waalaikumsalam" sang bou menjawab sambil melepas kursi tadi," kami duduk di bawah aja bou" sanggah ade agar tak membuka semua kursinya.
Bergegas lah sang bou membentangkan tikar yang berukuran kecil. Sewaktu kami masuk sang keila dari bou si ade yang lain juga masuk, keila adalah suaminya bou dalam adat batak. Kursi yang sudah terlanjur terbuka tadi langsung di duduki oleh keila tersebut, kemudian kami bercerita tentang PKL kali ini, sang keila pun mengerti dan langsung bergegas keluar rumah mencari seseorang. Sang Bou pun menawarkan "kalian dah makan? Makan dulu kelen yah bou dah masak itu". Kebetulan dari medan kami sudah membawa bekal yang di ambil sendiri di kedai nasi milik ibunya ade, si ade pun menjawab" belum bou, tapi kami dah bawa makanan bekal dari rumah". Belum selesai ade ngomong sang bou udah kebelakang mengambil makanan, memang rumah bou tersebut nggak terlalu lebar, jadi dari belakang ke depan tetep bisa kedengeran. Saya pun menggambil tas saya dan mengeluarkan dua buah bungkusan nasi dan bungkus plastik ikan tongkol dan sayurnya. Seketika sekeluarga bou tersebut seperti membentuk lingkaran dan di tengah2 nya makanan sudah tersaji oleh bou tersebut, si ade menggambil nasi, bou mengambil nasi, saya mengambil nasi, seketika saat saya sudah selesai mengambil nasi sang bou berkata dengan suara yang agak nyaring " ambil lagi nasi mu itu sikit kali kau makan". Mungkin karena daerah dengan adat batak kental makanya saya sedikit merasa suara itu terlalu kencang, dan kata2 bou tersebut terus berulang seketika saya makan "Ambil lagi nasi mu itu lem" sampai hari terakhir kami di sana.
Setelah menikmati makanan yang halal dan lezat yang di sediakan, kami beristirahat sejenak, bou mengeluarkan tikar lain dan bantal kepala untuk kami sedikit ber istirahat. Tak lama kemudian keila yang tadinya keluar mencari informasi sudah mendapat info tentang tempat kamip PKL di sini,"itu ada si lombu kerja di situ, tadi kudatangin rumahnya cuman dia lagi pergi ke siantar, tadi dah ku bilang sama mamaknya kalau di pulang suruh ke rumah ini" tersentak dalam hati wah luar biasa penyambutan di sini sampai2 kami hanya harus berdiam di rumah saja. Kami menunggu abang2 yang di panggil lombu itu sampai malam hari, dan ternyata dia pupang larut malam. Dalam kesunyian menunggu saya mencoba mencari hiburan namun sepertinya tidak dapat. Kemudian teringat sebuah bingkisan dari adik kelas karena mengisi sebuah acara sebelumnya, "Alhamdulillah ada bacaan sikit" bingkisan tersebut isinya buku yang berjudul "sandiwara langi" memecah kebosanan yang merayap di kepala. Di rumah bou ini juga sangat terasa kehangatannya, seperti melepas rindu sama ummi yang sedang naik haji. Kita bisa menemukan kebahagiaan di manapun berada meski jauh dari rumah.
0 comments
Post a Comment