Perjuangan Cinta

No Comments
Aku di tolak lagi untuk kesekian kalinya. Bagaikan Tukang Obat pinggir jalan yang menjajakan jualannya kepada orang yang lewat, namun tidak ada yang membeli. Rasanya rontok seluruh badanku ternyata Rani juga menolakku. Ini sudah kesekian kalinya aku di tolak wanita untuk menikah.

Alasan Rani Karena ragu jika kami membangun rumah tangga bersama hanya akan berakhir pertengkaran saja. Rani cukup lama bersamaku sewaktu masih di organisasi kampusku dulu. Saat rapat kami memang sering cekcok masalah teknis pelaksanaan sebuah kegiatan. Namun kami tidak pernah bertengkar di luar rapat. Atau memang diriku yang kurang menarik dimatanya. Sudahlah aku mulai putus asa di batas waktu ini.

Almarhum Ayahku Menikah pada umur 25 tahun, aku ingin sekali mencontoh beliau. Rasa penasaran yang tinggi terhadap apa yang dirasakan Ayahku sewaktu muda dulu yang membuatku bertindak seperti ini. Hampir semua teman wanita aku ajak menikah. Namun sampai saat ini aku masih belum menikah.

Kebanyakan dari wanita-wanita itu terkejut karena aku menanyakan kepada mereka secara tiba-tiba. Mereka kebanyakan beralasan kenapa aku terlalu terburu-buru. Jelas saja umurku saat ini sudah 24 tahun, kalau aku belum menemukan calon ibu dari anak-anakku maka menikah umur 25 tahun sepertinya sulit bagiku.

Aku memang tidak tampan seperti Vino G bastia, Nicholas Syahputra, dan lainnya, Tapi aku juga tidak jelek. Walaupun kulit hitam manis, dan tidak telalu tinggi, aku cukup tampan dari pada Narji, Mandra dan Budi Anduk. Aku juga sudah berpenghasilan tetap sebagai kariawan di Ibu Kota. Apakah aku memang orang yang buruk?

---

Aku membuka handphoneku lagi, sambil mencari-cari nama teman wanita yang aku miliki, sampai aku tertuju pada satu nama yaitu Putri. Putri adalah teman baru saja aku kenal di Ibu Kota ini. Belum terlalu lama aku mengenalnya. Putri juga memiliki satu kampung halaman yang sama denganku. Seingatku dia juga belum punya pacar. Harapanku kali ini tertuju sepenuhnya kepada Putri.

Malam itu kuberanikan diri dan kumantapkan hati untuk kesekian kalinya berbicara kepada wanita untuk mengajaknya menjalin hubungan sampai akhir hayat. Aku mulai menekan tombol Handphoneku untuk menelepon Putri.

"Assalamualaikum Putri apa kabar ?"

"waalaikumsalam, baik Yono. ada apa nih tumben nelepon?"

"Ahh, gak papa Put, aku lagi galau nih."

"Owh, hahaha. mau curhat Yon?  gak papah curhat aja, aku juga lagi nggak sibuk nih."

"Hahaha, tau aja. Gini Put dulu Almarhum Ayahku menikah umur 25 tahun"

"Terus, terus!" Putri penasaran

"Aku kepingin kali ngerasain apa yang dulu Ayahku rasain,  aku udah ngajak banyak cewek buat nikah, tapi nggak ada yang mau."

"Hahaha kamu ngajaknya tiba-tiba yah ?"

"Iya Put, aku kepaksa ngajak tiba-tiba, kamu kan tau aku tuh nggak pernah mau pacaran, dan sekarang Umurku udah hampir 25"

"Iya juga sih, jarang ada cewek mau di ajakin nikah tiba-tiba gitu."

"Jadi aku harus gimana sih Put?"

"coba aja lagi hahaha"

"Oke deh aku coba lagi" Tiba-tiba jantungku Mulai berdebar lagi. Inilah waktunya aku bertanya kepada Putri. Maukah dia menjadi teman berjuang di sisa umurku ini.

"Put mau nggak nikah sama aku?"

"Loh kok aku ? hahaha. Gimana ya yon, jadi galau aku nih"

"Owh kamu udah punya pacar Put ?"

"Belom sih, tapi kayaknya aku mikir dulu deh. Besok pagi aku kasih jawaban yah yon ?"

"Owh oke lah put"

"Assalamualaikum yono"

"Waalaikumsalam"

Pembicaraan kami pun terhenti di ujung Telepon. Setidaknya kali ini aku tidak langsung di tolak seperti biasanya.  Aku berharap ada Bidadari yang menjawab kegelisahanku besok pagi.

---

Sepulangku dari melaksanakan sholat subuh di Mesjid, aku melihat hape ku yang msih terbaring di meja coklat di samping tempat tidurku. terlihat gambar sepucuk surat kecil di layar monitor Handphone ku. Kubuka kunci layar hp ku dan dengan cepat ku tekan tombol untuk membaca pesan singkat itu. Pesan yang menentukan apakah aku masih harus berjuang atau ini akhir dari perjalanan cintaku.

Aku membaca dengan perlahan isi pesan singkat tersebut dengan seksama. Kutatap layar hape dengan serius dan penuh perhatian. isi pesan singkat tersebut tiba-tiba membuatku pindah ke sebuah tempat. Tempat yang amat indah yang belum pernah aku jumpai sebelumnya. Disana terdapat taman bunga yang cantik, yang memiliki beragam warna. Di ujung taman terdapat air terjun yang percikan airnya membentuk pelangi kecil.

"assalamualaikum yono, sebenernya aku tadi malam udah mau langsung jawab di telepon, tetapi rasa ragu masih menghinggapiku sampai mata terpejam. Kuputuskan untuk Sholat Istiqoroh terlebih dahulu. Di sepertiga malam seletah Sholat Tahajud aku lanjutkan Sholat Istiqoroh. Kali ini aku dengan yakin dan percaya kamu lah Imamku di masa depan, minggu depan ajak orang tuamu ke rumahku ya Putri"
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments

Post a Comment

Powered by Blogger.